Tag Archives: Inter Milan

From Japan to Italy [Master Chef Indonesia 2 Star Challenge]

4 Aug

G.O.K.I.L

I never ever know the meaning of that word til i met this guy! Dari dulu sering mendengar kata ini tapi tidak pernah benar-benar mengerti artinya. Sampai saya bertemu dengan artis yang menjadi bintang tamu di episode Master Chef malam ini. Gokil is him!

VJ Daniel! Masuk ke Galeri Master Chef dengan gayanya yang seru abiz, VJ Daniel membawa warna tersendiri di Challenge kali ini. Ketegangan dan aura dingin di dalam Galeri sejenak mencair. Sapaannya yang khas dan hangat (secara dia kan pembawa acara) membius para kontestan.

Gokil is VjDaniel!

Tugas kami saat itu adalah membuat makanan kesukaannya. Vj Daniel adalah penggemar makanan Jepang, salah satunya adalah Salmon Teriyaki. Tantangannya sedikit lebih rumit karena kami diharuskan membuat saus teriyaki sendiri, bukan menggunakan saus yang siap pakai. Pengolahan salmon pun harus hati-hati, mulai dari pemilihan bahan (harus salmon yang masih fresh agar tidak amis) hingga teknik memasaknya.

Seperti yang sudah kita ketahui, salmon adalah salah satu ikan laut yang memiliki nilai gizi yang tinggi. Salah satunya mengandung Omega 3 dan 6. Untuk anak-anak, Salmon baik untuk membantu peneympurnaan pertumbuhan sel otak, mata dan syaraf. Sedangkan untuk orang dewasa, mengkonsumsi salmon dapat mengurangi resiko menjadi pikun saat tua (sumber : wikipedia) Rupanya VJ Daniel pintar memilih makanan bergizi yang lezat ya!

Saat memasak, VJ Daniel berkeliling untuk berinteraksi dengan kami, para kontestan.

VJ Daniel menyapa

Saat menyapa saya, dia sempat bertanya apakah saya anggota Geng Motor. Haha! Tentu saja bukan. Sebelum pergi dia berkomentar lagi “Kamu mirip Chef Jepang yang lagi masak, Ken!” Yahh.. semoga saja dia suka dengan Salmon Teriyaki ala Ken ini.

 

This is it! Salmon Teriyaki is ready!

Pemenang Challenge kali ini akan memperoleh kesempatan menelepon orang yang paling mereka rindukan. Kedengarannya biasa saja bukan? Tapi bagi kami, kesempatan selama 15 menit untuk berkomunikasi dengan keluarga dirumah sangatlah berharga! Karena dalam masa karantina ini, seluruh alat komunikasi kami harus dititipkan kepada panitia. Kami hanya diberi kesempatan satu jam untuk menelepon setiap satu minggu sekali. Disinilah mental kami benar-benar ditempa. Bayangkan, di tengah-tengah tekanan kompetisi ini, kami tidak memiliki kesempatan untuk sekedar berbagi dengan keluarga. Saya mulai membiasakan diri dalam keadaan seperti ini, mulai belajar berbagi dengan teman sesama kontestan.

Esach dan Lutfi sungguh beruntung memperoleh kesempatan itu. Pasti sangat melegakan bisa menelepon orang di rumah, even though maybe just saying hi and how are you.

Sepertinya di episode ini seluruh Challenge datang dari bintang tamu. Tantangan eliminasi berikutnya adalah membuat hidangan dari Italia, Chicken Cacciatore  karena bintang tamunya adalah Chef Julio Lombardini dan 2 pemain Inter Milan. Paolo Orlandoni dan Luca Castelazzi. Walaupun bukan penggemar bola, tapi nama Inter Milan tentunya tidak asing buat saya. They are important people!

The Judges! Chef Julio Lombardini, Luca castelazzi and Paolo Orlandoni

Poin utama disini adalah membuat hidangan yang se-otentik mungkin! At that time, mungkin Chicken Cacciatore saya dalam tahap aman, tidak terlalu menarik juga tidak jelek. Sehingga tidak terpilih untuk dicicipi. Ketegangan kami di Holding Room makin terasa saat juri mencicipi satu demi satu masakan kami. Some are good some are not good!

Juri dari Italia mencicipi masakan para kontestan

Sesudah mencicipi, para juri dibawa menuju Holding Room tempat kami menunggu. Kunjungan singkat ini jadi lebih berwarna saat Nurul, yang sedang hamil dengan berani mengajukan permintaan agar perutnya dielus oleh Chef Julio. Rupanya Nurul ingin agar kelak anaknya bisa menjadi Chef ternama. Kenapa Nurul ga pengen anaknya tinggi besar dan botak ya? Kan lebih gampang.. Hehehehe..

Desi, berhasil memenangkan Challenge duplikasi masakan Italia ini. Congratulation to her. Masakannya berhasil membuat para juri ‘Feels Like Home’. Untuk Bu Joice, Esach dan Yudi, mereka kurang beruntung karena harus masuk ke Presure Test. Kalau saya jadi Esach, saya pasti capek secara emosi karena di tantangan sebelumnya ia menjadi yang terbaik, tapi kali ini sebaliknya, 3 terburuk.

Pressure Test episode ini cukup meresahkan karena selain makanan yang harus dibuat cukup rumit, yaitu Saffron Risotto, pada akhirnya juri bertanya kepada ketiga kontestan, jika mereka boleh memilih, siapa yang akan mereka kirim pulang. Bu Joice memilih Esach, Esach pun tidak terima. Ditengah-tengah perdebatan, Yudi merasa bahwa ia yang seharusnya pulang. Sayonara, Yudi! I wish you good luck on ur future career as a chef!

Malam itu saya pulang dengan lega, menjadi salah satu dari 15 Besar Master Chef Indonesia. Waktu belajar saya makin terbatas, rupanya harus belajar lebih keras lagi untuk menjadi lebih baik dari kemarin. Thanks God for the achievement so far!

Top 16 Master Chef Indonesia 2